Dear kamu...


       Akhir-akhir ini aku menemukan sungai yang menyejukan, sekaligus hiburan yang tak kalah asiknya melebihi roller coaster, sering kali aku merasa bahagia ditempat yang bukan miliku itu, ini manis melebihi sukrosa, kamu gak pernah tahu kalo...itu kamu.
Selama ini kita hanya saling melewati saja, aku baru menyadarinya saat kamu bilang (..........)  setelah itulah aku tak mampu menengok yang lain, dan terpusat pada satu titik yang menjadi sudut perasaanku, setiap kali aku merindu termat sering sampai hatiku ngilu.

Apa kabar?...
Hanyutkan lagi...hanyut kan aku dalam arusmu yang deras...
aku ingin mengelilingi dunia menemukan sudut-sudut yang berbeda
Aku senang bersamamu, aku bisa mendapatkan satu paket kebahagiaan, ini berbeda..saat aku bisa menjadi diriku sendiri di depanmu, aku kembali pada kegilaanku...aku menemukan setitik kebebasan disana, kamu mampu memengembalikan hidup yang telah lalu terkubur lama karena keseriusanku.
Aku menemukan semuanya di kamu.” Kamu”

Tapi keberuntungan bukan miliku, aku tidak pernah mengerti mengapa semuanya datang setelah terlambat dan terdesak, sampai tidak ada celah yang mengantarku untuk melanjutkan perasaanku, rasanya itu susah diungkapkan saat aku melihat orang lain yang telah menghuninya, menerbangkannya, menyayanginya, menjaganya, “mencintainya”, sampai kamu terlena dan engan untuk beranjak.

       Hai...perkenalkan..kita sudah sangat lama bersama tapi kamu tidak pernah tahu siapa aku, kamu hanya tau aku sebagai orang yang cuek, sombong, apa lagi ya...sampai-sampai kamu pernah membenciku, aku adalah orang yang teramat menyayangimu, aku yakini ini sepenuhnya, entahlah....maafkan aku karena ketidak jujuranku, aku rasa aku tidak perlu mengungkapnya, aku selalu mengalirkan namamu dalam air...biar itu mengalir sampai pada muara yang disebut sebagai takdir, walaupun setiap kali kamu pergi aku ingin menjadi batu sebagai penghalang yang kokoh.
Aku hanya bisa memendam seluruh dari egoku, melihatmu larut pada sungai yang lain, atau mengatakan selamat tinggal. 

“Selamat tinggal dunia yang mengasikan” tentu saja melepasmu bukan seperti melepas sebuah balon yang terbang ke udara, melainkan melepas harapan terbesar yang begitu penuh rencana, semoga Tuhan menjagamu.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Dear kamu..."

Posting Komentar