Menyisipkan Rindu pada Isi Langit

             Bagaimana aku harus bicara? Nasib selalu membentengi, jarak selalu membentangkan rindu, dan kata tidak pernah berjalan sendiri, sering kali aku merindukanmu. Saat aku merasa teramat lelah merindu dan aku tidak tahu apa yang harus dilakukan...mataku ini sering terpejam lama, sendirian dengan hening yang panjang, berharap Tuhan mendekapkan ketenangan,  ku tarik nafas panjang dengan hirupan banyak udara...kurasakan dari setiap perasaanku dengan sangat detail...masih dengan mata tertutup, ku rasakan sayangku... rinduku...saat itu aku berharap kamu merasakan hal yang sama, aku menelan setiap pahitnya, ini terasa sakit tapi aku menikmatinya menelan semuanya, ku buka mataku, kulepas semua udara yang tertahan dengan perlahan. 

                Aku, dan kamu hidup dengan banyak tarikan nafas, setiap manusia tidak terlepas dari sehembus udara, tak pernah ada yang bisa menghalang udara masuk kedalam semua ruang, tak peduli seberapa panjang jarak antara kita, semoga angin membawanya “ Inilah caraku agar kau menghirup dari setiap rinduku, lewat udara yang kucampurkan dengan perasaanku, rinduku, sayangku, kecewaku,  jika Tuhan mengijinkan, perasaanku akan terbawa oleh takdir ke dalam ragamu, hatimu, kau hirup...dan rasakan... bisakah suatu saat kau sedikit tercekat karena rasa sakit sama yang tiba-tiba membuat hatimu bergetar lebih keras dan lama?”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Menyisipkan Rindu pada Isi Langit"

Posting Komentar