Pertemuan Ke-2


            Pagi itu lama aku menunggu, berharap satu orang muncul di depan gerbang dapat pergi bersama di pagi yang dingin untuk kembali berbagi, namun sosok itu lama tak datang sampai aku bosan menunggunya, tiba-tiba hatiku merasa terpanggil pada satu ruang, takdir memejamkan mata menyeret kakiku untuk menaiki setiap  ratusan tangganya, lantai satu...dua...aku berhenti..tapi bukan disini yang ku inginkan, hatiku terus berbicara..ku lanjutkan lagi keinginannya...sampai di lantai tiga...aku lelah menapaki tangga, ini masih sangat pagi, aku seperti orang gila berjalan sendirian ditengah lorong yang sepi, ini horor menapaki gedung bersama hening, aku hampir berbalik arah dan kembali kebawah...tak kudapati siapapun selain bangku yang berjejer rapi, entah kenapa kaki ini terus beranjak dengan hati sebagai matanya...lorong yang sepi...tapi aku tidak peduli meski saat itu aku tahu bahwa aku hanya akan duduk sembari membaca buku lagi dengan sendiri yang sepi, aku sudah sangat malas, aku memasuki ruangan dengan kepala tertunduk pasrah, namun ternyata......’ ini takdir’, aku sedikit terkejut dan terdiam beberapa saat, apa ini mimpi? 

               Takdir membawaku pada orang yang sedang berdiri dan mengatakan “Hai...Kamu yang...” jujur saja aku sangat ingin berteriak saking senangnya, entahlah pagi itu aku merasa teramat dipercayai Tuhan untuk bersenang-senang, sampai pada akhirnya... kita sudah bejam-jam entah berapa juta yang kata yang kita keluarkan, tapi jelas...aku tak pernah bisa lupa setiap barisnya yang menyimpan makna. Takdir menariku ke sampingmu menghabiskan banyak waktu, banyak senyuman. Ya Tuhan...aku begitu rindu saat-saat itu...saat semua perbedaan tertata saling melengkapi untuk menjadi satu, entah kenapa hanya kamu yang mampu membuatnya...seperti teori kunci gembok enzim, ini unik, asik, dan aku...aku bahagia berjuta rasa, semudah itu? Iya... hati terkadang tak pernah melihat, memilah dan hanya pandai merasakan, itulah istimewanya rasa. 

                Aku begitu mudah melepaskan semua keterbatasan, aku tidak peduli aku hanya ingin hari itu merasa lepas terbawa Stratus, kami mengalir seperti air. Saat aku menceritakan kelelahanku, dan tatapanmu seperti terkunci kekhawatiran “Ayo...ayo..semangat” senyumnya seperti hembusan angin yang menyegarkan...beberapa saat aku terdiam, menerka setiap menit yang kupikir dari tadi  hanya mimpi, tapi ini takdir, aku percaya mataku ditutup dan kakiku dikendalikannya.

                Hanya aku, kamu, dan Tuhan yang tahu...bagaimana labirin perkenalan kitta, dengan mudah kita berada pada tempat dan waktu yang sama hanya berdua, semuanya dengan mudah kebahagiaan itu tercipta, apakah ini seperti dua ekor kelinci yang terperangkap pagi, saling memberi wortel dan berbagi minuman, sesekali kepalamu diletakan diatas bukuku, saat itu aku mengamatimu diam-diam, beberapa saat aku kesal karena waktu terus melaju. Aku mulai khawatir...apakah ini benar-benar kebahagiaan, atau... hanya rayuan nasib yang membuaikan hidupku sesaat lalu meruntuhkannya lagi. Aku cukup sadar...pelangi muncul hanya sebentar...

                Lugu, cuek, ekpresimu lurus, dingin, tapi aku menemukan sedikit kehangatan disana...dari kata-katamu...kamu adalah orang yang sangat peka dan peduli, kamu pendengar yang baik, dewasa, mandiri, keras, sadis tapi sopan, entah kenapa aku menemukan aku dalam dirimu...lalu apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan. Aku begitu tercengang saat apa yang kita pikirkan dan alami mengandung banyak kesamaan, ini yang membuat kami mengalir dengan nyaman.

                Tapi benar saja...saat-saat yang aku benci tiba...yah, lagi-lagi aku merasa dipersatukan untuk mengalami perpisahan...saat kamu bilang “Ayo kita pergi” perasaanku mulai tak karuan, apakah hanya sampai disini? batinku, kami beranjak meninggalkan episode yang telah terekam dalam benakku, sejujurnya aku tidak ingin membiarkannya jauh, tapi aku tahu..lambat laun pasti semuanya menemui titik akhir, mungkin itulah saatnya aku berada disamping mu untuk terakhir kali, beberapa saat merasa sungkan dan canggung, sampai perhatianku teralih pada yang lain, aku tahu kau menatapku, begitu juga aku meskipun bersama yang lain tapi sesungguhnya perhatian ini hanya tersudut pada satu titik, belum saja aku tuntaskan semuanya...tiba-tiba kakimu melangkah pergi begitu cepat, lalu berlari, tapi  ada apa dengan ini semua? matamu selalu menatap kearahku sampai kakimu melangkah pergi, apa maksudnya kenapa kamu meninggalkanku dengan pesan yang transparan?  aku sangat terkejut, saat itu semua kenangan seperti hantu, selangkah kakimu satu irisan di hatiku, sayatan dengan lembut tapi dalam, hatiku sakit..hatiku merasa teramat sakit, aku ingin mengejarmu tapi sungguh...aku tak tahu apa alasan yang tepat untuk melakukan semuanya, kakiku terkunci, enyalah hatiku sampai sekarang dia bersamamu, dia pergi kemanapun kau pergi, yang aku rasakan sekarang hanyalah kekosongan. Berjalan melayang tanpa hasrat. 

                Aku mencarimu, tapi nyatanya sudah terlambat, sakit adalah saat melihat malam dengan guyuran hujan itu membuatku cemas apakah kamu baik-baik saja? Lampu-lampu kendaraan membuat kota ini begitu hangat, tapi dingin disekujur tubuhku tak dapat ku sembunyikan, setiap pagi aku bisikan ke luar jendela “ Selamat pagi kamu...”dan pada malam aku bisikan kembali dengan halus “Selamat malam kamu, selamat tidur...berbahagialah dengan suasana yang baru” hanya Tuhan yang dengar betapa rindunya aku, setelah kamu pergi...bibir ini sudah sangat rapat untuk tersenyum, mata ini teramat lelah...dan aku tak tahu kemana kamu bawa hatiku...aku berharap tidak terlalu jauh, aku memintanya untuk kembali karena aku merasa sepi, perasaan melebihi kuatnya pikiran...tanpanya aku merasa seperti angin. 

                Pertama kali aku  menemuimu dengan tuntunan takdir, aku menunggumu sangat lama, tapi takdir mempertemukan kita lebih cepat, aku tidak pernah menyangka, ini keajaiban saat hati menarik semua ragaku untuk bergerak menemukan perasaannya, diantara ratusan ruang dan ribuan kursi, diantara deretan manusia yang ada, yang aku rasakan hanyalah keyakinan, kekuatan hati dan kamu...membuktikannya di depan mataku.

                Aku tahu takdir akan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin, setiap hari aku selalu tanyakan dan aku tunggu saat takdir kembali menyatukan kami. Aku menyukai hidupku saat bersamamu ” Rasanya istimewa”, terimakasih Tuhan...untuk pagi yang panjang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Pertemuan Ke-2"

Posting Komentar