213-......-7444 room delapan
Kehidupan akan terus melaju,
membawa setiap langkahmu jauh dariku, pergi dariku, menghilang dariku, mungkin
jika kehidupan memutarkan jarum jam akan merubahmu menjadi tak kenal aku,
bahkan aku dan kamu tidak tahu siapa nama kita, sekedar itu, padahal kita
menghabiskan waktu berjam-jam di ruangan itu, kamu sendiri yang pertama kali
menyapaku, meminjam bukuku, saling bertanya ini-itu, dan aku yang selalu
menertawakanmu yang sedikit aneh.
Sebuah kota yang sangat luas, kamu sendiri telah melihatnya diatas puncak itu, aku yakin kamu terpesona dengan jutaan lampu, indah bukan? Aku yakin sekarang kamu sedang menikmati udaranya, memainkan angin, melukiskan senyum di atas sana. Itu tempat kesukaanku, awal aku jatuh cinta pada kota ini, ini yang kuceritakan padamu dari atas sana kamu bisa lihat apapun, malam itu akan jadi istimewa, walaupun tempatnya sangat dingin. Kau bisa lihat begitu banyaknya bangunan di bawah sana, gedung, rumah, ribuan, jutaan, milyaran, pesawat, dan jutaan kerlap-kerlip lampu yang anggun, aku tanya disebelah mana kamu melihatku? Disudut mana? “jawabannya tentu saja aku tidak kelihatan, sangat kecil!” tapi setidaknya kamu ingat...aku yang pertamakali mengenalkan keindahan malam padamu. Hei kamu payah...aku selalu melihatmu dimanapun walaupun dari atas sana, aku memang tidak bisa menemukan dimana rumahmu...terlalu banyak rumah, tapi tanpa kamu ada dibawah sana...aku tetap bisa melihat dimana perasaanku, takdir akan menuntunku entah itu untuk menemuimu lagi ataupun menjauh darimu .
Tempat itu adalah harapanku, kelak..aku akan kembali kesana menikmati kembali setiap inci malam dengan senandung yang kaya budaya, entahlah dengan siapa. Kamu sedang tersenyum kan?..aku yakin..tempat itu membuatmu betah dengan kota ini, kakimu semakin kuat untuk menetap, aku juga merasakan hal itu saat pertama kali aku melihatnya, seperti cerita dalam novel.
Malam ini..aku adalah orang yang pertamakali tahu kemana kamu pergi, selamat menikmati, aku sangat rindu berada diatas sana.
Hei...suatu saat nanti jika aku kembali ke tempat itu..aku akan menemukan kenikmatan yang sama, tapi aku tidak akan penah lagi menemukanmu ditempat yang sama, namun jika kita dipertemukan...keajaiban itu sungguh sangat luar biasa, perbandingannya antara 1: 100.000.000, aku harus percaya dan terima bahwa kita hanyalah pejalan kaki yang bersapaan lalu saling pergi dan meninggalkan, sangat mustahil kita kembali bertemu, bahkan aku menertawakan diriku sendiri saat merindukanmu. Dan aku mulai menganggap diriku tidak waras saat menulis ini semua.
Ya Tuhan...kenapa awal ini begitu dalam...aku ingin melupakan setiap kata-katamu, setiap senyumanmu, tapi bagaimana caranyaaaaa...bukan aku tidak tahu, tapi apa daya..aku cuma manusia biasa yang baru merasakan euforia keajaiban, amatir.
Ini hanya awal dari perkenalan biasa, tapi kenapa begitu menyatu, kenapa Tuhan menyediakan banyak waktu untuk kita dan hanya berdua, padahal sejak awal kita sudah sangat berbeda, Tuhan kita berbeda iman kita berbeda, suku kita berbeda, tapi aku merasa jiwa kita sama, aku menemukan aku dalam dirimu, aku menemukan apa yang aku cari, kamu jawaban salah satu dari pernyataanku, dan sekarang...kamu adalah bagian dari alasan kenapa aku akan kembali ke Kota itu, alasan kenapa aku menguatkan tekadku untuk membuka gerbang itu, agar harapan kita terkabul...semoga Tuhan mempertemukan kita dalam cita, dalam mamfaat, dalam ingatan yang masih sama, dalam waktu yang tak singkat. Terimakasih..menit-menit itu adalah spasi yang teramat menyenangkan, dan pagi itu adalah pagi terbaik yang pernah aku rasakan di Kota itu.
Sebuah kota yang sangat luas, kamu sendiri telah melihatnya diatas puncak itu, aku yakin kamu terpesona dengan jutaan lampu, indah bukan? Aku yakin sekarang kamu sedang menikmati udaranya, memainkan angin, melukiskan senyum di atas sana. Itu tempat kesukaanku, awal aku jatuh cinta pada kota ini, ini yang kuceritakan padamu dari atas sana kamu bisa lihat apapun, malam itu akan jadi istimewa, walaupun tempatnya sangat dingin. Kau bisa lihat begitu banyaknya bangunan di bawah sana, gedung, rumah, ribuan, jutaan, milyaran, pesawat, dan jutaan kerlap-kerlip lampu yang anggun, aku tanya disebelah mana kamu melihatku? Disudut mana? “jawabannya tentu saja aku tidak kelihatan, sangat kecil!” tapi setidaknya kamu ingat...aku yang pertamakali mengenalkan keindahan malam padamu. Hei kamu payah...aku selalu melihatmu dimanapun walaupun dari atas sana, aku memang tidak bisa menemukan dimana rumahmu...terlalu banyak rumah, tapi tanpa kamu ada dibawah sana...aku tetap bisa melihat dimana perasaanku, takdir akan menuntunku entah itu untuk menemuimu lagi ataupun menjauh darimu .
Tempat itu adalah harapanku, kelak..aku akan kembali kesana menikmati kembali setiap inci malam dengan senandung yang kaya budaya, entahlah dengan siapa. Kamu sedang tersenyum kan?..aku yakin..tempat itu membuatmu betah dengan kota ini, kakimu semakin kuat untuk menetap, aku juga merasakan hal itu saat pertama kali aku melihatnya, seperti cerita dalam novel.
Malam ini..aku adalah orang yang pertamakali tahu kemana kamu pergi, selamat menikmati, aku sangat rindu berada diatas sana.
Hei...suatu saat nanti jika aku kembali ke tempat itu..aku akan menemukan kenikmatan yang sama, tapi aku tidak akan penah lagi menemukanmu ditempat yang sama, namun jika kita dipertemukan...keajaiban itu sungguh sangat luar biasa, perbandingannya antara 1: 100.000.000, aku harus percaya dan terima bahwa kita hanyalah pejalan kaki yang bersapaan lalu saling pergi dan meninggalkan, sangat mustahil kita kembali bertemu, bahkan aku menertawakan diriku sendiri saat merindukanmu. Dan aku mulai menganggap diriku tidak waras saat menulis ini semua.
Ya Tuhan...kenapa awal ini begitu dalam...aku ingin melupakan setiap kata-katamu, setiap senyumanmu, tapi bagaimana caranyaaaaa...bukan aku tidak tahu, tapi apa daya..aku cuma manusia biasa yang baru merasakan euforia keajaiban, amatir.
Ini hanya awal dari perkenalan biasa, tapi kenapa begitu menyatu, kenapa Tuhan menyediakan banyak waktu untuk kita dan hanya berdua, padahal sejak awal kita sudah sangat berbeda, Tuhan kita berbeda iman kita berbeda, suku kita berbeda, tapi aku merasa jiwa kita sama, aku menemukan aku dalam dirimu, aku menemukan apa yang aku cari, kamu jawaban salah satu dari pernyataanku, dan sekarang...kamu adalah bagian dari alasan kenapa aku akan kembali ke Kota itu, alasan kenapa aku menguatkan tekadku untuk membuka gerbang itu, agar harapan kita terkabul...semoga Tuhan mempertemukan kita dalam cita, dalam mamfaat, dalam ingatan yang masih sama, dalam waktu yang tak singkat. Terimakasih..menit-menit itu adalah spasi yang teramat menyenangkan, dan pagi itu adalah pagi terbaik yang pernah aku rasakan di Kota itu.
0 Response to "213-......-7444 room delapan"
Posting Komentar