Yang menjadi Fiksi
ORC...
Aku janji...semua ini akan
berakhir bahagia walaupun tak selamanya
aku berjanji tidak akan membuatmu kecewa, aku tahu kita hanya memiliki satu hari lagi, hal ini membuat aku sadar...aku terlalu takut kehilanganmu...aku terlalu fokus pada ketakutanku sampai aku lupa aset dari setiap detik kita bersama, satu hari? aku tahu ini gila...tak apa...aku sudah gila sedari dulu, aku merasa sakit menjadi manusia yang teramat waras.
Semoga Tuhan mengijinkan...hari esok menjadi akhir yang tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidup kita. Aku berjanji tidak akan melewatkanmu, tidak ingin membuat penyesalan yang begitu dalam atas keegoanku.
Orc..maafkan aku jika bibir ini tak becus mengungkap kata, maafkan jika sikapku ini seperti angin, aku takut terlalu menyayangimu...tapi aku bukan pengecut Orc...aku hanya ingin setelah berpisah kita baik-baik saja tak ada rasa yang tersakiti.
Orc...aku tidak yakin bisa memperbaiki semuanya hanya dalam satu hari, beberapa jam, aku tidak tahu apa yang harus ku ucapkan tiap menitnya, aku bisu di depanmu, aku idiot di matamu, konyol...aneh...tapi...aku hanya ingin menegaskan semuanya, menuntaskan perasaanku, melepaskan bebanku, yang terpenting aku tidak akan menyesal pada akhir, tidak menyalahi dan mengutuk egoku.
Terimakasih untuk ketidak lelahanmu yang selama ini selalu sabar menghadapi batu yang sombong, terimakasih...atas setiap senyum yang kau bagikan, terimakasih...darimu aku bisa mendapatkan kembali kegilaanku, darimu aku merasa mendapatkan kembali identitasku, jiwaku, aku masih ingat saat bibir ini tiap detiknya membentuk sebuah senyuman dan itu karena mu.
Tapi Orc...setelah kita berpisah...aku meminta Tuhan untuk benar-benar memisahkan kita...agar rasa ini selesai. “Aku bukan untukmu”...jika kamu tanya rasanya bagaimana setelah mengetik kata itu? Sangat sakit rasanya Orc..setelah semuanya terjadi, hatiku tak pernah melirik siapapun selain kamu, entah bagaimna hidupku selanjutnya, aku tidak tahu apakah aku akan jatuh hati lagi? Stuck di kamu,slama ini kamu punya apa yang aku butuhkan, kamu adalah sosok yang lengkap, nyaris dimanapun aku berada hatiku tetap memaksa.
Setahuku kamu orang yang pandai bahagia. Berbahagialah dengan hidup barumu besok...aku yakin orang lain akan melengkapi bahagiamu, walaupun aku tak yakin akan ada orang lain yang menyayangimu sepertiku, aku selalu berusaha percaya untuk itu.
Orc...jangan temui aku saat aku telah bersama dengan yang lain, karena itu adalah pilihan yang sangat teramat sulit.
Orc...apakah aku mampu melakukan semuanya? Aku sangat khawatir jika hati ini manja.
Selamat tidur kamu...jangan lewatkan doa...jangan lewatkan Tuhan...karena aku memintanya untuk selalu menjagamu...
aku berjanji tidak akan membuatmu kecewa, aku tahu kita hanya memiliki satu hari lagi, hal ini membuat aku sadar...aku terlalu takut kehilanganmu...aku terlalu fokus pada ketakutanku sampai aku lupa aset dari setiap detik kita bersama, satu hari? aku tahu ini gila...tak apa...aku sudah gila sedari dulu, aku merasa sakit menjadi manusia yang teramat waras.
Semoga Tuhan mengijinkan...hari esok menjadi akhir yang tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidup kita. Aku berjanji tidak akan melewatkanmu, tidak ingin membuat penyesalan yang begitu dalam atas keegoanku.
Orc..maafkan aku jika bibir ini tak becus mengungkap kata, maafkan jika sikapku ini seperti angin, aku takut terlalu menyayangimu...tapi aku bukan pengecut Orc...aku hanya ingin setelah berpisah kita baik-baik saja tak ada rasa yang tersakiti.
Orc...aku tidak yakin bisa memperbaiki semuanya hanya dalam satu hari, beberapa jam, aku tidak tahu apa yang harus ku ucapkan tiap menitnya, aku bisu di depanmu, aku idiot di matamu, konyol...aneh...tapi...aku hanya ingin menegaskan semuanya, menuntaskan perasaanku, melepaskan bebanku, yang terpenting aku tidak akan menyesal pada akhir, tidak menyalahi dan mengutuk egoku.
Terimakasih untuk ketidak lelahanmu yang selama ini selalu sabar menghadapi batu yang sombong, terimakasih...atas setiap senyum yang kau bagikan, terimakasih...darimu aku bisa mendapatkan kembali kegilaanku, darimu aku merasa mendapatkan kembali identitasku, jiwaku, aku masih ingat saat bibir ini tiap detiknya membentuk sebuah senyuman dan itu karena mu.
Tapi Orc...setelah kita berpisah...aku meminta Tuhan untuk benar-benar memisahkan kita...agar rasa ini selesai. “Aku bukan untukmu”...jika kamu tanya rasanya bagaimana setelah mengetik kata itu? Sangat sakit rasanya Orc..setelah semuanya terjadi, hatiku tak pernah melirik siapapun selain kamu, entah bagaimna hidupku selanjutnya, aku tidak tahu apakah aku akan jatuh hati lagi? Stuck di kamu,slama ini kamu punya apa yang aku butuhkan, kamu adalah sosok yang lengkap, nyaris dimanapun aku berada hatiku tetap memaksa.
Setahuku kamu orang yang pandai bahagia. Berbahagialah dengan hidup barumu besok...aku yakin orang lain akan melengkapi bahagiamu, walaupun aku tak yakin akan ada orang lain yang menyayangimu sepertiku, aku selalu berusaha percaya untuk itu.
Orc...jangan temui aku saat aku telah bersama dengan yang lain, karena itu adalah pilihan yang sangat teramat sulit.
Orc...apakah aku mampu melakukan semuanya? Aku sangat khawatir jika hati ini manja.
Selamat tidur kamu...jangan lewatkan doa...jangan lewatkan Tuhan...karena aku memintanya untuk selalu menjagamu...
0 Response to "Yang menjadi Fiksi"
Posting Komentar