Pagi itu lama aku menunggu, berharap satu orang
muncul di depan gerbang dapat pergi bersama di pagi yang dingin untuk kembali
berbagi, namun sosok itu lama tak datang sampai aku bosan menunggunya, tiba-tiba
hatiku merasa terpanggil pada satu ruang, takdir memejamkan mata menyeret
kakiku untuk menaiki setiap ratusan tangganya,
lantai satu...dua...aku berhenti..tapi bukan disini yang ku inginkan, hatiku
terus berbicara..ku lanjutkan lagi keinginannya...sampai di lantai tiga...aku
lelah menapaki tangga, ini masih sangat pagi, aku seperti orang gila berjalan
sendirian ditengah lorong yang sepi, ini horor menapaki gedung bersama hening,
aku hampir berbalik arah dan kembali kebawah...tak kudapati siapapun selain
bangku yang berjejer rapi, entah kenapa kaki ini terus beranjak dengan hati
sebagai matanya...lorong yang sepi...tapi aku tidak peduli meski saat itu aku
tahu bahwa aku hanya akan duduk sembari membaca buku lagi dengan sendiri yang
sepi, aku sudah sangat malas, aku memasuki ruangan dengan kepala tertunduk
pasrah, namun ternyata......’ ini takdir’, aku sedikit terkejut dan terdiam
beberapa saat, apa ini mimpi?
Takdir membawaku pada orang yang sedang berdiri dan mengatakan “Hai...Kamu
yang...” jujur saja aku sangat ingin berteriak saking senangnya, entahlah pagi
itu aku merasa teramat dipercayai Tuhan untuk bersenang-senang, sampai pada
akhirnya... kita sudah bejam-jam entah berapa juta yang kata yang kita
keluarkan, tapi jelas...aku tak pernah bisa lupa setiap barisnya yang menyimpan
makna. Takdir menariku ke sampingmu menghabiskan banyak waktu, banyak senyuman.
Ya Tuhan...aku begitu rindu saat-saat itu...saat semua perbedaan tertata saling
melengkapi untuk menjadi satu, entah kenapa hanya kamu yang mampu
membuatnya...seperti teori kunci gembok enzim, ini unik, asik, dan aku...aku
bahagia berjuta rasa, semudah itu? Iya... hati terkadang tak pernah melihat,
memilah dan hanya pandai merasakan, itulah istimewanya rasa.
Aku begitu mudah
melepaskan semua keterbatasan, aku tidak peduli aku hanya ingin hari itu merasa
lepas terbawa Stratus, kami mengalir seperti air. Saat aku menceritakan
kelelahanku, dan tatapanmu seperti terkunci kekhawatiran “Ayo...ayo..semangat”
senyumnya seperti hembusan angin yang menyegarkan...beberapa saat aku terdiam,
menerka setiap menit yang kupikir dari tadi hanya mimpi, tapi ini takdir, aku percaya
mataku ditutup dan kakiku dikendalikannya.
Hanya
aku, kamu, dan Tuhan yang tahu...bagaimana labirin perkenalan kitta, dengan
mudah kita berada pada tempat dan waktu yang sama hanya berdua, semuanya dengan
mudah kebahagiaan itu tercipta, apakah ini seperti dua ekor kelinci yang
terperangkap pagi, saling memberi wortel dan berbagi minuman, sesekali kepalamu
diletakan diatas bukuku, saat itu aku mengamatimu diam-diam, beberapa saat aku
kesal karena waktu terus melaju. Aku mulai khawatir...apakah ini benar-benar
kebahagiaan, atau... hanya rayuan nasib yang membuaikan hidupku sesaat lalu
meruntuhkannya lagi. Aku cukup sadar...pelangi muncul hanya sebentar...
Lugu,
cuek, ekpresimu lurus, dingin, tapi aku menemukan sedikit kehangatan
disana...dari kata-katamu...kamu adalah orang yang sangat peka dan peduli, kamu
pendengar yang baik, dewasa, mandiri, keras, sadis tapi sopan, entah kenapa aku
menemukan aku dalam dirimu...lalu apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan. Aku
begitu tercengang saat apa yang kita pikirkan dan alami mengandung banyak
kesamaan, ini yang membuat kami mengalir dengan nyaman.
Tapi
benar saja...saat-saat yang aku benci tiba...yah, lagi-lagi aku merasa dipersatukan
untuk mengalami perpisahan...saat kamu bilang “Ayo kita pergi” perasaanku mulai
tak karuan, apakah hanya sampai disini? batinku, kami beranjak meninggalkan
episode yang telah terekam dalam benakku, sejujurnya aku tidak ingin
membiarkannya jauh, tapi aku tahu..lambat laun pasti semuanya menemui titik
akhir, mungkin itulah saatnya aku berada disamping mu untuk terakhir kali,
beberapa saat merasa sungkan dan canggung, sampai perhatianku teralih pada yang
lain, aku tahu kau menatapku, begitu juga aku meskipun bersama yang lain tapi
sesungguhnya perhatian ini hanya tersudut pada satu titik, belum saja aku
tuntaskan semuanya...tiba-tiba kakimu melangkah pergi begitu cepat, lalu
berlari, tapi ada apa dengan ini semua? matamu
selalu menatap kearahku sampai kakimu melangkah pergi, apa maksudnya kenapa
kamu meninggalkanku dengan pesan yang transparan? aku sangat terkejut, saat itu semua kenangan
seperti hantu, selangkah kakimu satu irisan di hatiku, sayatan dengan lembut
tapi dalam, hatiku sakit..hatiku merasa teramat sakit, aku ingin mengejarmu
tapi sungguh...aku tak tahu apa alasan yang tepat untuk melakukan semuanya,
kakiku terkunci, enyalah hatiku sampai sekarang dia bersamamu, dia pergi
kemanapun kau pergi, yang aku rasakan sekarang hanyalah kekosongan. Berjalan
melayang tanpa hasrat.
Aku
mencarimu, tapi nyatanya sudah terlambat, sakit adalah saat melihat malam
dengan guyuran hujan itu membuatku cemas apakah kamu baik-baik saja?
Lampu-lampu kendaraan membuat kota ini begitu hangat, tapi dingin disekujur
tubuhku tak dapat ku sembunyikan, setiap pagi aku bisikan ke luar jendela “
Selamat pagi kamu...”dan pada malam aku bisikan kembali dengan halus “Selamat
malam kamu, selamat tidur...berbahagialah dengan suasana yang baru” hanya Tuhan
yang dengar betapa rindunya aku, setelah kamu pergi...bibir ini sudah sangat
rapat untuk tersenyum, mata ini teramat lelah...dan aku tak tahu kemana kamu
bawa hatiku...aku berharap tidak terlalu jauh, aku memintanya untuk kembali
karena aku merasa sepi, perasaan melebihi kuatnya pikiran...tanpanya aku merasa
seperti angin.
Pertama kali aku menemuimu dengan tuntunan takdir, aku
menunggumu sangat lama, tapi takdir mempertemukan kita lebih cepat, aku tidak
pernah menyangka, ini keajaiban saat hati menarik semua ragaku untuk bergerak
menemukan perasaannya, diantara ratusan ruang dan ribuan kursi, diantara
deretan manusia yang ada, yang aku rasakan hanyalah keyakinan, kekuatan hati dan
kamu...membuktikannya di depan mataku.
Aku
tahu takdir akan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin, setiap hari aku
selalu tanyakan dan aku tunggu saat takdir kembali menyatukan kami. Aku
menyukai hidupku saat bersamamu ” Rasanya istimewa”, terimakasih Tuhan...untuk pagi yang panjang.